Sabtu, 08 November 2014

Psikologi Manajemen (Pertemuan 2)

Pengorganisasian Struktur Manajemen


A. Definisi Pengorganisasian
Menurut George Terry, Pengorganisasian yaitu sebagai cara untuk mengumpulkan orang-orang dan menempatkan mereka menurut kemampuan dan keahliannya dalam pekerjaan yang sudah direncanakan.
Menurut Cefto Samuel C, The Proccess of establishing orderly uses for all organizational’s resources (pengorganisasian merupakan proses mengatur semua kegiatan secara sistemastis dalam mengelola sumber daya)
Jadi pengorganisasisan adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumber daya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan bersama. pengorganisasian merupakan sebuah aktivitas penataan sumber daya manusia yang tepat dan bermanfaat bagi manajemen dan menghasilkan penataan dari karyawan.

B. Pengorganisasian Sebagai Fungsi Manajemen
Fungsi pengorganisasian adalah suatu kegiatan pengaturan pada sumber daya manusia dan sumber daya fisik lain yang dimiliki perusahaan untuk menjalankan rencana yang telah ditetapkan serta menggapai tujuan perusahaan.
Menurut Chester Barnard adalah pengorganisasian fungsi oleh yang menyangkut mampu mendefinisikan posisi peran, pekerjaan terkait dan koordinasi antara otoritas dan tanggung jawab. Oleh karena itu seorang manajer harus selalu mengatur untuk mendapatkan hasil.


Actuating dalam Manajemen

A. Definisi Actuating
George R.Terry (1986) mengemukakan bahwa actuating merupakan usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karea para anggota itu juga ini mencapai sasaran tersebut.
Menurut Keith Davis, actuating  adalah kemampuan membujuk orang-orang mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan penuh semangat.
Actuating, merupakan fungsi manajemen yang kompleks dan merupakan ruang lingkup yang cukup luas serta sangat berhubungan erat dengan sumber daya manusia yang pada akhirnya actuating merupakan pusat sekitar aktifitas-aktifitas manajemen. Actuating pada hakekatnya adalah menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efesien.
Dari pengertian diatas, actuating tidak lain merupakan upaya untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan, dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan pera, tugas dan tanggung jawabnya.
Fungsi actuating berhubungan erat dengan sumber daya manusia, karena itu seorang pemimpin dalam membina kerja sama, mengarahkan dan mendorong kegairahan kerja bawahannya perlu memahami faktor-faktor manusia dan pelakukan.

B. Pentingnya Actuating
Hal yang penting untuk diperhatikan dalam actuating adalah bahwa seorang karyawan akan termotivasi untuk mengerjakan seseuatu jika :
  • Merasa yakin akan mampu mengerjakan
  • yakin bahwa pekerjaan tersebut memberikan manfaat bagi dirinya
  • tidak sedang dibebani oleh problem  pribadi atau tugas lain yang lebih penting atau mendesak
  • tugas tersebut merupakan kepercayaan bagi yang bersangkutan.
  • Hubungan antar teman dalam organisasi tersebut harmonis.
C. Prinsip Actuating

Menurut Kurniawan (2009), prinsip dalam actuating antara lain :
  • Memperlakukan pegawai dengan sebaik-baiknya
  • mendorong pertumbuhan dan perkembangan manusia
  • menanamkan pada mansuia keinginan untuk melibihi
  • menghargai hasil yang baik dan sempurna
  • mengusahakan adanya keadilan tanpa pilih kasih
  • memberikan kesempatan yang tepat dan bantuan yang cukup
  • memberikan dorongan untuk mengembangkan potensi dirinya

             https://www.scribd.com/doc/243643937/PENGORGANISASIAN-DALAM-MANAJEMEN-docx


Mengendalikan Fungsi Manajemen
A. Definisi Controlling

Menurut Robert J.Mockler Controlling yaitu usaha sistematik menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar, menentukan dan mengukur deviasi-deviasi dan mengambil tinfakan koreksi yang menjamin bahwa semua sumber daya yang dimiliki telah dipergunakan dengan efektif dan efisien.
Menurut George R.Terry mengartikan controlling sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

B. Kontrol Sebagai Proses Manajemen
T. Hani Handoko mengemukakan bahwa proses Controlling memiliki lima tahapan yaitu :
  • penetapan standar pelaksanaan
  • Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
  • Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
  • pembanding pelaksanaan kegiatan dengan standar dan penganalisaan penyimpangan-penyimpangan
  • pengambilan tindakan koreksi, bila diperlukan

Fungsi ini berjalan saling berinteraksi dan saling kait mengkait antara satu dengan lainnya sehingga menghasilkan apa yang disebut dengan proses manajemen.
Controlling diperlukan untuk mengetahui apakah pelaksanaan suatu kegiatan dalam organisasi sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah digariskan atau ditetapkan.

C. Tipe-tipe Controlling
  • Feeforward Control, sterring controls, dirancang untuk mengantisipasi penyimpangan standar dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum kegiatan terselesaikan.
  • Concurrent Control, yaitu pengawasan Ya-Tidak, dimana suatu aspek dari prosedur harus memenuhi syarat yang ditentukan sebelum kegiatan dilakukan guna menjamin ketepatan pelaksanaan kegiatan.
  • Feedback control, past action controls, yaitu mengukur hasil suatu kegiatan yang telah dilaksanakan, guna mengukur penyimpangan yang mungkin terjadi atau tidak sesuai dengan standar.

Motivasi

A. Definisi Motivasi
Menurut Walgito (dalam Basuki, 2008) Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme yang mendorong perilaku ke arah tujuan.
Menurut Plotnik (dalam Basuki, 2008) motivasi mengacu pada berbagia faktor fisiologi dan psikologi yang menyebabkan seseorang melakukan aktifitas dengan cara yang spesifik pada waktu tertentu.

B. Teori-teori Motivasi
Teori Motivasi Abraham Maslow (1943;1970)
Maslow mengemukakan bahwa pada dasarnya semua manusia memiliki kebutuhan pokok. Ia menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid, orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan itu dikenal dengan sebutan Hirarki Kebutuhan Maslow, dimulai dari kebutuhan biologis dasar sampai motif psikologis yang lebih kompleks; yang hanya akan penting setelah kebutuhan dasar terpenuhi. Kebutuhan pada suatu peringkat paling tidak harus terpenuhi sebagian sebelum kebutuhan pada peringkat berikutnya menjadi penentu tindakan yang penting.
  • Kebutuhan fisiologis (rasa lapar, rasa haus, dan sebagainya)
  • Kebutuhan rasa aman (merasa aman dan terlindung, jauh dari bahaya)
  • Kebutuhan akan rasa cinta dan rasa memiliki (berafiliasi dengan orang lain, diterima, memiliki)
  • Kebutuhan akan penghargaan (berprestasi, berkompetensi, dan mendapatkan dukungan serta pengakuan)
  • Kebutuhan aktualisasi diri(kebutuhan kognitif: mengetahui, memahami, dan menjelajahi; kebutuhan estetik: keserasian, keteraturan, dan keindahan; kebutuhan aktualisasi diri: mendapatkan kepuasan diri danmenyadaripotensinya)

Bila makanan dan rasa aman sulit diperoleh, pemenuhan kebutuhan tersebut akan mendominasi tindakan seseorang dan motif-motif yang lebih tinggi akan menjadi kurang signifikan. Orang hanya akan mempunyai waktu dan energi untuk menekuni minat estetika dan intelektual, jika kebutuhan dasarnya sudah dapat dipenuhi dengan mudah. Karya seni dan karya ilmiah tidak akan tumbuh subur dalam masyarakat yang anggotanya masih harus bersusah payah mencari makan, perlindungan, dan rasa aman.

Teori Motivasi HERZBERG (1966)
Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktorhigiene (faktor ekstrinsik) dan faktor motivator (faktor intrinsik). Faktor higiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan, dan sebagainya (faktor ekstrinsik), sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan, yang termasuk didalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan, dsb (faktor intrinsik).

Teori Motivasi McClelland (1961)
Dalam studi motivasi lainnya, David McClelland (1961) mengemukakan adanya tiga macam kebutuhan manusia, yaitu berikut ini :
  • Need for achievement (kebutuhan akan prestasi)
  • Need for afiliation (kebutuhan akan hubungan sosial/hampir sama dengan soscialneed-nya Maslow)
  • Need for Power (dorongan untuk mengatur)
C. Definisi Motivasi Kerja

Motivasi kerja adalah dorongan yang tumbuh dalam diri seseorang, baik yang berasal dari dalam dan luar dirinya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan semangat tinggi menggunakan semua kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya yang bertujuan untuk mendapatkan hasil kerja sehingga mencapai keupasan sesuai dengan keinginannya.

Sumber : supiani.staff.gunadarma.ac.id/.../files/.../TEORI+TEORI+MOTIVASI.doc
               http://eprints.uny.ac.id/9579/2/bab%202%20-07104244063.pdf
               Basuki, Heru A.M. (2008). Psikologi Umum. Jakarta : Gunadarma.
               Riyanti, B.P Dwi dan Prabowo, Hendro. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta : Gunadarma

Kepuasan Kerja

A. Definsi Kepuasan Kerja
Kepuasan kerja menurut  MathieHamel (dalam raharjo dan Nafisah 2006) adalah suatu teori atau konsep praktis yang sangat penting, Karena merupakan dampak atau hasil dari keefektivan performance dan kesuksesan dalam bekerja. Kepuasan kerja  yang  rendah  pada  organisasi adalah rangkaian dari menurunnya pelaksanaan tugas, meningkatnya absensi, dan penurunan moral organisasi.

B. Aspek-aspek Kepuasan Kerja
Gibson (1995) menyatakan kepuasan kerja dipengaruhi oleh upah, pekerjaan, promosi, penyelia dan rekan.

Aspek  kepuasan  kerja yang  memiliki penilaian paling tinggi adalah sifat pekerjaan, sedangkan aspek kepuasan kerja yang memiliki penilaian paling rendah adalah tunjangan.

C. Faktor Penentu Kepuasan Kerja
  • Motivator Factor

Motivator factor berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam pekerjaan itu sendiri. Jadi berhubungan dengan job content atau disebut juga sebagai aspek intrinsik dalam pekerjaan. Faktor-faktor yang termasuk disini adalah:
  1. Achievement (keberhasilan menyelesaikan tugas)
  2. Recognition (penghargaan)
  3. Work it self (pekerjaan itu sendiri )
  4. Responsibility (tanggung jawab )
  5. Possibility of growth (kemungkinan untuk mengembangkan diri)
  6. Advancement (kesempatan untuk maju)
Herzberg (1966) berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan memberikan rasa puas bagi karyawan, akan tetapi pula tidak hadirnya faktor ini tidaklah selalu mengakibatkan ketidakpuasan kerja karyawan.

  • Hygiene factor

Hygiene factor ini adalah faktor yang berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan; berhubungan dengan job context atau aspek ekstrinsik pekerja. faktor-faktor yang termasuk di sini adalah :
  1. Working condition (kondisi kerja)
  2. Interpersonal relation (hubungan antar pribadi)
  3. Company policy and administration (kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaannya)
  4. Supervision technical (teknik pengawasan)
  5. Job security (perasaan aman dalam bekerja)

Menurut Herzberg (1959), perbaikan terhadap faktor-faktor ini akan mengurangi atau menghilangkan ketidakpuasan, tetapi tidak akan menimbulkan kepuasan kerja karena ini bukan sumber kepuasan kerja.

Sumber : Raharjo, S.T dan Nafisah, D.(2006). ANALISIS PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN TERHADAP KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI DAN KINERJA KARYAWAN (STUDI EMPIRIS PADA DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN KENDAL DAN DEPARTEMEN AGAMA KOTA SEMARANG)Jurnal.undip.ac.id. Vol 3, No.2 Hal 69
https://www.scribd.com/doc/17000839/Kepuasan-Kerja
MUHAIMIN. (2004). Hubungan Antara Kepuasan Kerja Dengan Disiplin Kerja Karyawan Operator Shawing Computer Bagian Produksi Pada PT Primarindo Asia Infrastruktur Tbk Di Bandung. Jurnal PSYCHE, Vol.1, No.1

Tidak ada komentar:

Posting Komentar